Pernah saya ditanyai teman yang kenal waktu ikut one day trip.
"Mbak Inun kerjanya apa kok bisa jalan-jalan terus? "
Dan saya bingung
Mungkin dipikiran dia, kerjaan saya wah, jadi beruang alias banyak uang dan selalu cuss aja
Rahasianya satu mbak "yo nabungo"
Sekarang mah kalau kita kerja di perusahaan yang lingkup areanya se-Indonesia, bisa sekalian extend ambil cuti dan explore daerah setempat, asal pintar aja bagi waktu dan cari alasannya atau kalau mau hemat bisa gabung di komunitas pejalan. Dimana ada kemauan, asal ada niat, disitu ada jalan hehehe.
Kali ini saya pengen cerita soal pengalaman dengan Couchsurfing. Jadi apa sih Couchsurfing itu?
Couchsurfing (CS) adalah situs dan layanan jejaring sosial berupa hospitality exchange atau jaringan silahturahmi. Jaringan yang serupa dengan CS ini yaitu ada hospitality club, tapi saya belum pernah mencobanya.
Pertama kali mengenal dan gabung jadi member di website CS sekitar tahun 2009, saat itu ada dua teman kantor si Andre dan Aron yang sama-sama suka jalan, lalu kita cari-cari info soal CS di Jember, ternyata saat itu terbilang masih sedikit yang joint di CS untuk mereka yang menetap di Jember. Nggak butuh waktu lama untuk bisa kopdar dengan teman-teman baru di CS Jember bahkan sampai sekarang sudah seperti saudara sendiri.
Jadi host pertama kali di Couchsurfing
Gelaran Jember Fashion Carnival (JFC) membuat hampir semua warga dari luar kota Jember penasaran untuk melihat langsung. Kali ini saya mendapat "tantangan" untuk nge-host 3 orang cewek-cewek muda yang saat itu masih berstatus pelajar. Sepulang kantor, saya menjemput mereka di stasiun Jember dan berusaha menjamu mereka dengan baik, karena di rumah nggak siap makanan, sekalian jemput, sekalian beli nasi bungkus.
Di rumah, mereka tidur di kamar saya yang memang nggak terlalu luas. Saat itu ukuran kasur saya single bed, jadi saya gelar karpet di lantai kamar. Mereka oke-oke saja.
Besoknya, agenda jalan-jalan yang sudah disiapkan oleh teman saya, yaitu mengunjungi pabrik coklat di kecamatan Jenggawah dan dilanjutkan menuju Pantai Papuma. Saat itu ada cukup banyak teman-teman yang joint dari Surabaya, Jakarta bahkan Sulawesi. Seharian penuh isinya happy-happy.
![pengalaman bersama couchsurfing pengalaman bersama couchsurfing]() |
Di Papuma Jember |
Bahkan ada teman CS Jakarta yang minta tolong dianterin ke rumah saudaranya dan saya nggak keberatan untuk mengantar dia silahturahmi ke rumah saudaranya.
Sampai sekarang masih ada email masuk yang request penawaran untuk di host. Jika waktu yang mereka mau tidak pas dengan jadwal saya, dikarenakan kesibukan kantor, teman saya yang lain siap membantu.
Jadi tamu pertama kali di Couchsurfing
Ketika Citilink pertama kali membuka rute penerbangan ke Kalimantan sekitar tahun 2012, saya mencoba untuk booking dan memilih random kota tujuan, akhirnya saya memilih Banjarmasin sebagai tujuan ngetrip. Harga tiket yang saya dapatkan saat itu hanya sekitar 150ribuan PP (kalau nggak salah ingat). Urusan berangkat atau tidaknya akan dipikirkan belakangan, toh berangkatnya masih agak lama dari tanggal pembelian tiket.
Menurut saya, perjalanan ke Banjarmasin ini adalah trip paling gila. Gila dalam artian uang dan modal nekat. Saat itu uang saku yang saya bawa memang nggak terlalu banyak dan saya nggak yakin bisa cukup atau nggak, meskipun saya punya kartu kredit tapi nggak berniat untuk mengandalkan si kartu ini waktu itu.
Sebelum berangkat ke Banjarmasin, saya sudah mencari informasi soal teman-teman CS dan komunitas pejalan di sana. Beruntung ada Qori yang siap menampung saya dirumahnya.
Drama pertama dimulai ketika saya mendarat di Bandara Syamsudin Noor. Bandara ini ternyata lumayan jauh dari pusat kota dan saya bingung mau ke kota naik apa. Biar nggak terlihat seperti orang hilang, saya pura-pura sok sibuk dengan HP Blackberry yang jadi teman setia saya. Cukup lama saya duduk duduk di teras depan bandara. Saya pun keluar dari bandara dan mencoba jalan kaki menuju jalan utama. Jalan di depan bandara ini ternyata bukan jalan raya besarnya, jadi masih cukup jauh juga untuk sampai di jalan raya besar.
Ada bapak, mas dan ibu, yang saat itu menanyakan tujuan saya kemana, saya pun menjelaskan daerah tujuan sebagaimana petunjuk yang diberikan Qori. Bapak ibu ini menawarkan bantuan untuk menumpang pick-up nya saja dan saya akan diantar di gang rumah Qori. Mungkin bapak ibu ini kasian melihat saya nggembol bawa tas dan terlihat bingung layaknya bukan orang asli Banjar. Saya menerima tawaran mereka dengan suka cita dan was-was. Iya was-was kalau saya diculik.
Tiga orang yang harusnya muat duduk dibagian depan pick-up, terpaksa satu orang harus pindah ke belakang dengan atap terbuka, yaitu si mas tadi.
Beruntung saya sampai di tujuan dengan selamat.
Di rumah Qori saya disambut dengan baik oleh keluarganya. Saya sendiri dipersilahkan untuk tidur di kamar Qori. Oya, Qori ini cowok ya gaes.
Ini pertama kalinya saya tidur di rumah panggung yang dominan dengan kayu-kayu. Pengalaman yang menyenangkan bisa merasakan rumah panggung langsung.
Si Qori ini dengan baiknya mengantar saya keliling kota Banjarmasin, mengunjungi Universitas Lambung Mangkurat dan bertemu teman-temannya yang saat itu ada janji untuk interview dengan surat kabar lokal. Nggak hanya si Qori yang menemani saya, ada mas Nasrudin juga yang mengajak saya nonton di Duta Mall dan window shopping.
![pengalaman bersama couchsurfing pengalaman bersama couchsurfing]() |
Bersama Qori dan Nasrudin |
Esok paginya, setelah subuh, Qori mengantar saya dengan mengendarai motornya mengunjungi pasar terapung Lok Baintan. Ternyata jaraknya jauhhhh, dari yang awalnya gelap gulita, kita sampai lokasi sudah terang benderang. Kalau untuk explore wilayah di luar kota Banjarmasin, saya modal nekat dengan naik angkot.
Hari terakhir di Banjarmasin, saya diantar Qori ke bandara. Sebagai ucapan terima kasih, saya memberikan sekian rupiah sebagai pengganti bensin, awalnya Qori menolak tapi saya memaksa.
![pengalaman bersama couchsurfing pengalaman bersama couchsurfing]() |
Model nggembelnya kayak gini, tetep stylish wkwkwk |
Cukup banyak kegiatan menginap di rumah kawan CS, seperti saat saya dan travelmate ke Jogya juga menginap di rumah teman CS Jogya dan disambut dengan baik, begitu juga saat saya ke Wonosobo. Biasanya kalau travelingnya rame-rame 3-4 orang, urusan contact ke teman-teman CS adalah urusan cowok cowok. Maklum ya, travelmate saya cowok semua.
Numpang gratisan di Kuala Lumpur
Waktu trip ke Malaysia, bareng travelmate, si travelmate berinisiatif untuk menginap di kediaman si Andy. Andy ini sebenarnya bukan orang Malaysia, tapi dia tinggal di sana untuk urusan kerjaan. Sebelumnya, Andy pernah traveling ke Indo dan saat itu mampir ke Jember dan bertemulah dengan teman-teman CS Jember, sudah kenal sebelumnya gitu. Rombongan saya empat orang dengan welcome-nya disambut dengan ramah untuk menginap di apartemennya.
![pengalaman couchsurfing pengalaman couchsurfing]() |
Di apartemen Andy |
Budget penginapan di Kuala Lumpur saat itu lumayan bisa dihemat. Andy adalah seorang sibuk-man, untuk explore wilayah Kuala Lumpur kita nggak mengajak si Andy, hanya sesekali ketika kita di tujuan A misalnya, Andy akan membuat janji dengan kita untuk sekedar makan bareng diluar.
Tips menggunakan Couchsurfing ala Ainun
Tiap orang bisa mempunyai sudut pandang berbeda mengenai penggunaan Couchsurfing. Berhubung saya cewek, saya mempunyai cara sendiri jika ingin menggunakan "jasa" teman-teman CS.
Jika saya melakukan solo traveling dan jika ada waktu yang memungkinkan untuk dibuat janji meet up dengan teman CS, jauh sebelum waktu keberangkatan, saya akan mencoba mengirim informasi kedatangan saya di forum CS dan saya akan memilih perempuan biasanya. Kegiatan meet up ini biasanya saya pergunakan untuk menambah kenalan di tempat asing. Tidak semua warga CS bisa mempunyai waktu yang sesuai dengan request saya. Dan saya nggak benar-benar mengandalkan mereka saat saya solo traveling.
Jika ingin mengirimkan pesan personal ke warga CS, saya akan melihat dulu track record dia di profile CS, update terakhir dibukanya profile dia dan kesan kesan dari guest-nya terdahulu.
Nggak sedikit berita mengenai warga asing yang mengalami kekerasan seksual bahkan sampai dibunuh karena baru mengenal teman-teman asing di CS. Ngeri kan, jadi saya nggak sembarangan juga memutuskan harus jalan dengan teman CS. Padahal nggak semua warga penghuni CS adalah orang jahat, tidak.
Kelebihan dan kekurangan jalan dengan Couchsurfing
Sudah pasti kelebihannya adalah mempunyai teman dimana-mana, di Indo maupun di luar negeri. Apalagi kalau sampai terjalin komunikasi dengan baik dan dianggap sudah seperti saudara, bahkan sampai membuat janji trip berikutnya. Bisa jadi.
Di Jember, saya mempunyai teman CS dari Iran, kebetulan dia mendapat beasiswa di Universitas Jember dan sudah cukup fasih berbahasa Indo. Hitung-hitung kalau nanti saya ke Iran mungkin bisa ketemuan kan. Enaknya begini.
Saking guyubnya pertemanan saya khususnya dengan CS Jember, kadangkala kita membuat acara potluck party sederhana, yang ingin membawa makanan sendiri silahkan, mau masak bareng-bareng juga silahkan.
Biasanya teman-teman yang terdaftar di Couchsurfing juga akan gabung di komunitas pejalan lokal atau nasional lainnya, seperti saya dengan Jember Backpacker. Lingkaran pertemanan dunia traveling bisa disebut sempit, seperti contoh saya kenal dengan B ternyata B temannya C yang juga mengenal saya. Begitu saja seterusnya.
Kalau untuk kekurangan, menurut saya nggak ada, saya mungkin akan menyebutnya lebih ke rasa sungkan. Sungkan kalau kita menginap di rumah kawan yang baru dikenal dan mau ngapa-ngapain kayak nggak bebas. Sungkan kalau harus dijamu makan "gratisan" dan bisa jadi porsi makannya besar, mau ambil makan banyak nggak enak juga.
Pokoknya dimanapun berada dan lagi jalan sama siapa saja, selalu waspada dan waspada. Sudah itu saja kuncinya.
Ada yang punya cerita sama kah dengan saya?